Selasa, 23 Agustus 2011


Henry Morehouse adalah seorang pendeta muda yang dipakai Tuhan
secara luar biasa. Ribuan orang datang untuk mengalami mukjizat
Tuhan dalam ibadah yang ia pimpin. Sampai suatu kali, dalam sebuah
acara besar yang diadakan, semuanya tampak begitu “biasa”. Tak ada
hadirat atau lawatan Tuhan, tak ada mukjizat Tuhan, tak ada kuasa
Tuhan yang mengalir. Ini membuat Henry sedih. Ia berdoa dan bertanya
kepada Tuhan mengapa hal itu bisa terjadi. Tuhan menjawabnya dengan
membawanya melewati sebuah jalan yang penuh spanduk tentang acara
tersebut. Rupanya, yang dibesar-besarkan bukan lagi nama Tuhan,
melainkan namanya sendiri.
Kita mungkin juga pernah mengalami hal serupa. Saat Tuhan mulai
memakai kita dengan luar biasa dan banyak jiwa diberkati lewat
pelayanan kita, maka kita bisa terjebak dalam kesombongan. Kita tak
lagi melihat bahwa pelayanan kita berhasil karena Tuhan-bukan karena
diri sendiri. Tatkala kita mulai meninggikan diri-membuat mata semua
orang tertuju kepada kita dan bukan lagi kepada Tuhan, maka Tuhan
akan berdiam diri. Bisa jadi khotbah kita tetap bagus; gaya bicara
kita tetap berapi-api; atau kita tetap mendapat pujian atas
pelayanan kita. Semua bisa berjalan seperti biasa. Namun, pelayanan
kita tidak lagi menyentuh hati atau mengubahkan hidup. Apalah
artinya kita melayani dengan sangat baik, tetapi tidak memberkati
jiwa-jiwa?
Adakah Tuhan masih terus menjadi pusat dari setiap pelayanan kita?
Ataukah kita tengah menggeser posisi Tuhan dan “mendudukinya”? Kini
saatnya bertobat, agar pelayanan kita kembali menjadi berkat —PK
PELAYANAN SEHEBAT APA PUN TAK ADA ARTINYA
TANPA URAPAN DAN PENYERTAAN ALLAH
Categories: ,

0 ComMENT Please:

Posting Komentar

Leave Your Comments

Please "LIKE"this PAGE

Opini_saya dan Page Berbagi Renungan Harian

Blogroll