Rabu, 23 November 2011

Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula. Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, "Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!" Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.
Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja "jatuh", bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri. Apa yang disebut gaya hidup seorang Kristen seakan tidak berlaku di tempat kerja. Padahal setiap tindakan yang kita lakukan akan selalu disorot oleh Sang Atasan.
Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan? Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan? Kristus mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru, "Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!"
Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga

Minggu, 06 November 2011

Dalam pertandingan olahraga, setiap tim mempunyai anggota yang bertugas untuk menjaga pertahanan, juga ada anggota yang bertugas untuk menyerang. Dalam pertandingan iman, Allah memberikan semua kelengkapan senjata. Ada senjata yang dipakai untuk bertahan dan ada pula yang dipakai untuk menyerang [Ef 6:10].
Rasul Paulus memilih untuk mengarahkan pandangannya kepada tujuan akhir yang akan dicapai [Flp 3:14]. Runtuhkan semua keangkuhan manusia yang menentang pengenalan akan Allah [2 Kor 2:4]. Ingatlah bahwa Allah yang memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan [Ul 8:11-20]. Jangan sampai keangkuhan manusiawi membuat kita meniadakan Allah di dalam hidup ini.
 
Tembok Kekafiran
Bangsa Israel meruntuhkan tembok Yerikho/ tembok kekafiran dengan puji-pujian dan sorak sorai [Yos 6:20; Yos 2:1-2]. Kekafiran menyebabkan Demas lebih mencintai dunia dan meninggalkan Tuhan [2 Tim 4:9].
 
Tembok Kemunafikan
Orang-orang munafik seperti tembok kubur yang dikapur putih namun kotor di dalamnya. Allah akan menghakimi orang-orang seperti ini [Mat 23:27-28; Kis 23:1-3]. Tunjukkan identitas hidup kita sebagai anak-anak Tuhan sebab Tuhan mengetahui sampai ke dasar hati kita yang paling dalam. Jauhkan segala sikap kemunafikan dari hidup kita dan hiduplah dalam kebenaran sehingga kita berkenan di hadapan Allah.
 
Tembok Kekayaan
Orang kaya hanya memikirkan kekayaannya dan menjadi tamak, hanya memikirkan dirinya sendiri [Ams 18:11; Luk 12:13]. Cinta akan uang tidak memberi kebahagiaan namun membuat seseorang menyimpang dari iman dan bahkan menyebabkan jatuh ke dalam kebinasaan [1 Tim 6:6-10]. Berpada / cukupkan diri kita dengan apa yang ada, jauhkan segala sifat tamak dalam kehidupan kita.
 
Hanya orang-orang yang bertahan sampai kepada kesudahannya akan selamat [Mat 10:22]. Kedurhakaan membuat kasih menjadi dingin. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mundur namun tetap bertahan dan mengasihi Tuhan. Tunjukkan kasih kepada Tuhan dengan setia [Rut 3:8; Rom 8:33]. Tetap berjuang untuk mempertahankan iman dan memperoleh mahkota [Yud 1:3; Why 3:8-11; 2 Tim 4:7].
 
Allah senantiasa memberikan kemenangan bagi kita baik pada saat kita perlu untuk menyerang, meruntuhkan semua tembok, maupun pada saat kita harus bertahan sampai kesudahannya.
 
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. 1 Timotius 6:12.(Oleh Pdt. Paul Runkat-GPdI Singapura).
 
Dari Milis GPdI

Leave Your Comments

Please "LIKE"this PAGE

Opini_saya dan Page Berbagi Renungan Harian

Blogroll