Kamis, 19 Januari 2012

Ada seorang Ayah dalam sebuah keluarga. Ia adalah seorang pekerja keras yang mencukupi seluruh kebutuhan hidup bagi istri dan ketiga anaknya. Ia menghabiskan malam sesudah bekerja dengan menghadiri kursus-kursus, untuk mengembangkan dirinya dengan harapan suatu hari nanti dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik.

Kecuali hari Minggu, sang Ayah sangat susah untuk bisa makan bersama-sama keluarganya. Dia bekerja dan belajar sangat keras karena dia ingin menyediakan keluarganya apa saja yang bisa dibeli dengan uang.

Setiap kali keluarganya mengeluh kalau dia tidak punya cukup waktu dengan mereka, dia selalu beralasan bahwa semuanya ini dilakukan untuk mereka. Tetapi seringkali juga, dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Suatu hari tibalah saatnya hasil ujian diumumkan. Dengan sangat gembira, sang Ayah ini lulus, dengan prestasi gemilang pula! Segera sesudah itu, dia ditawarkan posisi yang baik sebagai Senior Supervisor dengan gaji yang menarik.

Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sekarang sang Ayah mampu memberikan keluarganya kehidupan yang lebih mewah, seperti pakaian yang indah-indah, makanan-makanan enak dan juga liburan ke luar negeri.

Namun, keluarganya masih saja tidak bisa bertemu dengan sang Ayah hampir dalam seluruh minggu. Dia terus berkerja sangat keras, dengan harapan bisa dipromosikan ke jabatan Manager. Nyatanya, untuk membuat dirinya calon yang cocok untuk jabatan itu, dia mendaftarkan diri pada kursus lain di Universitas Terbuka. Lagi, setiap saat keluarganya mengeluh kalau sang Ayah tidak menghabiskan cukup waktu untuk mereka, dia beralasan bahwa dia melakukan semua ini demi mereka.

Tetapi, seringkali lagi dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu lagi dengan keluarganya.

Kerja keras Sang Ayah berhasil dan dia dipromosikan. Dengan penuh sukacita, dia memutuskan untuk memperkerjakan seorang pembantu untuk membebaskan istrinya dari tugas-tugas rutinnya. Dia juga merasa kalau flat dengan tiga kamar sudah tidak cukup besar lagi, akan sangat baik untuk keluarganya bisa menikmati fasilitas dan kenyamanan sebuah kondominium.

Setelah merasakan jerih payah kerja kerasnya selama ini, sang Ayah memutuskan untuk lebih jauh lagi belajar dan bekerja supaya bisa dipromosikan lagi. Keluarganya masih tidak bisa sering bertemu dengan dia. Kenyataannya, kadang-kadang sang Ayah harus bekerja di hari Minggu untuk menemani tamu-tamunya.

Lagi, setiap kali keluarganya mengeluh kalau dia tidak menghabiskan cukup waktu dengan mereka, dia beralasan kalau semua ini dilakukan demi mereka. Tetapi, seringkali lagi dia sangat berkeinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya.

Seperti yang diharapkan, kerja keras sang Ayah berhasil lagi dan dia membeli sebuah kondominium yang indah yang menghadap ke pantai.

Pada malam pertama di rumah baru mereka, sang Ayah mengatakan kepada keluarganya bahwa dia memutuskan untuk tidak mau mengambil kursus dan mengejar promosi-promosi lagi. Sejak saat itu dia ingin memberikan lebih banyak waktu lagi untuk keluarganya.

Namun, sang Ayah tidak bangun-bangun lagi keesokan harinya .....

Pertanyaan untuk Refleksi: Apakah anda bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja? (Anonim)

Rabu, 18 Januari 2012

Ketika saya sedang merenung...
Saya diingatkan akan sesuatu,yaitu tentang kata "Menikmati".
Kata ini begitu terngiang ngiang dipikiranku.
Ya,seringlah aku berpikir bahwa aku menikmati hidup ini,tetapi sebenarnya aku bukan menikmati,tapi hanya sebatas aku menyukai,mengagumi akan sesuatu yg aku alami dalam hidup ini.
Benar atau tidak nya,itu menurut saya.

Bukan utk pertama kali saya dihidangkan dengan makanan yang hanya dimakan oleh kebanyakan orang kalangan atas yang harga bisa ratusan bahkan jutaan. Sepertinya saya menikmati,tapi setelah saya memakannya sepertinya bukan itu yang saya cari,walaupun di lidah rasanya memang enak.
Lalu saya coba membandingkan ketika saya makan hanya dengan sambal goreng dan nasi,dan bukan terpaksa karena tidak ada makanan atau sekedar karena rasa lapar,justru disitu saya disadarkan,bahwa utk menikmati sesuatu,tidak diperlukan hal yang mahal.

Pernah juga saya menonton konser rohani yang cukup mewah karena diadakan disebuah hotel,tentunya akan berbanding ketika saya hanya menyaksikan segerombolan anak muda dekat rumah yang berkumpul sambil menyanyikan lagu-lagu hits dengan nada sumbang mereka,tapi aku bisa merasakan adanya ketulusan dan kebersamaan,sayapun menyadari bahwa tidak diperlukan hal yang Megah untuk bisa menikmati sesuatu

Rupanya,untuk menikmati hidup ini datangnya dari hati dan bukan dari apa yang ada dan yang kita lihat dan yang ditawarkan.
Saya justru bisa menikmati hidup ini,ketika saya menjadi diri saya sendiri,ketika saya bisa melakukan sesuatu tanpa ada yang harus mengganggu..
TUHAN YESUS memberkati

~Lucky R. Koloay~
www.mywords78.tumblr.com
www.luckynotes.tumblr.com
FB: www.facebook.com/lucky.koloay
Follow me: @Orohkoloay or @Opini_saya
Di tangan gw ada selembar kertas putih,terlihat bersih tanpa noda.gw jadi keingat sama ilutrasi yg pernah gw dengar dan baca.
Mungkin diantara sobat ada juga yg sudah tahu ilustrasi tersebut.

Gw ulangi ya....
Saat melihat kertas putih tanpa bernoda sudah pasti pandangan kita bersih dan lain sebagainya. Lalu gimana kalo kertas putih itu gw beri titik kecil...?!
Tentu fokus kita tidak lagi pada selembar kertas putih tapi pd titik hitam tersebut!Benar gak???walau gak semua akan. Fokus ke titik tersebut.

Banyak hal bisa diartikan dari ilustrasi diatas dan gw coba berbagi dg sobat dari pandangan gw:
Seringlah titik kecil itu menjadi penghalang,sehingga kita melupakan bahwa masih ada ruang kosong yang lebih besar.

Seringlah kita suka melihat kesalahan orang lain dari pada melihat kebaikannya.

Kita menganggap titik hitam itu kesalahan yang tak bisa diperbaiki lagi,padahal dengan satu titik itu bisa kita lanjutkan dengan kata2 atau gambar sehingga bisa dipandang atau menjadi lebih bermakna

Terlalu sering bagi kita menjadikan titik hitam itu sebagai suatu noda yang membuat kita harus membuangnya dan menggantikan lembaran yang baru.Kita selalu menganggap bahwa dengan hal yang baru kita bisa melupakan segala sesuatu,justru ketika kita menyelesaikan titik hitam itu,bagaimanapun hasilnya,setidaknya itu memberikan arti dan kesadaran,karena kita telah berusaha dan mencoba utk menyelesaikannya dan mengisi lembaran itu,sehingga kita tahu,itu tidaklah mudah!

Seringlahlah kita memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya,sehingga yang ada kita terlalu mempermasalahkan titik hitam itu atau ruang dari lembar putih yg belum bertinta.

Jangan pernah memandang sesuatu hanya dari satu sudut saja,atau terlalu fokus hanya kepada yg besar dan menyepelekan yang kecil.

Isilah/tulislah/gambarlah kertas putih itu dengan hal hal yang menyenangkan tapi tidak membinasakanmu

Selasa, 17 Januari 2012


Tahun 2011 kemaren,ada kejadian yang tak bisa dilupakan,bukan karena rasa sakit atau kecewa (walaupun awalnya ada,he he he) tapi karena kebaikan TUHAN yang luar biasa!

Kecelakaan motor yang harus saya alami,memang kejadiannya sudah berlalu dan sampai saat ini aku masih hidup dan menikmati hidupku,tapi apa yang terjadi menyisahkan pertanyaan bagi ku. Awalnya aku bertanya tentang apa dan mengapa semua itu terjadi,apalagi bila mengingat kejadian saat itu,rasanya bukanlah oleh kebodohan dan kesalahanku. Tapi seiring waktu yang berlalu,aku belajar utk tidak mengeluhkan semua itu tapi mengucap syukur karena aku masih hidup,maka itu telah menjawab semua pertanyaan diatas.

Memang, melupakan hal yang membekas dalam hidup kita rasanya sulit sekali,dan yang ada selalu adalah kekecewaan.

Saya bisa saja melupakan kecelakaan tersebut dan memang saya syukuri hal tersebut tatkala saya mendapati diri saya masih hidup,tapi luka yang membekas diwajah dan rasa sakit disiku tangan saya sesuatu yang tidak adil,apalagi trauma yang akhirnya harus saya hadapi ketika berada dikeramaian lalu lintas.

Tapi saya menyadari semua itu hanyalah sebuah penyiksaan terhadap diri saya sendiri,karena seakan saya tidak bisa menerima kenyataan ini.Walaupun saya bersyukur karena masih hidup tapi rupanya itu belumlah sepenuhnya.
Luka dan trauma itu masih menjadi bayang,sehingga menghalangi ku utk bertindak maju atau berbuat sesuatu.

Penerimaan akan apa yang terjadi dalam diri kita,dengan emosianal yang ada pada kita akan menghadirkan ketidakpuasan dan kekecewaan,tapi penerimaan akan karya YESUS dan menjadikan tujuan hidup kita itu untuk apa,menyadarkan saya bahwa itu bukanlah hal yg utama dan penting yang harus menjadi fokus hidup saya

Leave Your Comments

Please "LIKE"this PAGE

Opini_saya dan Page Berbagi Renungan Harian

Blogroll