Rabu, 26 Oktober 2011

Saudara merasa dikasihi oleh Tuhan? Kita dengar Firman Tuhan. 1 Samuel 2, kita akan melihat doa dari Hana, yang kita sama-sama akan kita pelajari sore hari ini. 1 Samuel 2, hanya sepuluh ayat 

2:1 Lalu berdoalah Hana, katanya: "Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.
2:2 Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.
2:3 Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.
2:4 Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan.
2:5 Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.
2:6 TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.
2:7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.
2:8 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.
2:9 Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa.
2:10 Orang yang berbantah dengan TUHAN akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit. TUHAN mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya; Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-Nya." 

Pasal 2 ini adalah kebalikan dari pasal 1. Dalam pasal 1, Hana juga berdoa tapi dalam pasal 1, Hana ini, saudara-saudara, mengalami sakit hati, mengalami ejekan, olokan, sindiran, hinaan, fitnahan, salah sangka, dan sebagainya. Dalam pasal 1, ayo kita lihat pasal 

1:5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya. 

1:6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya (Ini yang pertama: Sakit hati), supaya ia gusar (Dua : Dia gusar, jadi marah)
1:7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana (Menyakiti hati, jadi dia sakit hati), sampai dia tidak mau makan (Bukan puasa tapi dia tidak mau makan), sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" 

Ternyata suami tidak mengerti isi hati istri, jadi ini suami ge-ernya luar biasa. Dia bilang "saya ini lebih baik dari sepuluh anak, kalau ada koko, kalau ada taipak, kalau ada boss, sudah kamu jangan nangis, kan saya tidak ceraikan kamu? Dia tidak mengerti isi hati dari istrinya. Datanglah dia, Saudara-saudara,kepada Tuhan di Silo, berdoa. Kalau saudara membaca ayat 12:

1:12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;
1:13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. 

Salah sangka! Siapa yang salah sangka? Pendeta! Gembalanya salah sangka: Wah, mabuk nih jemaat saya nih. Ini perempuan, orang lain bedstone udah bubar, dia mabuk ini. Pendeta salah sangka.

1:14 Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu."
1:15 Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati;

Jadi dia sedang mengalami susah hati. Jadi pasal 1 gusar, marah, sakit hati, disakiti, fitnah, salah sangka, sangat susah hati. Tapi Saudara baca pasal 2, puji-pujian dari Hana. Ternyata, saudara-saudara, kalau kita berdoa bukan hanya mengeluh, bukan hanya minta, bukan hanya terus minta sama Tuhan, tapi ada kalanya kita dalam berdoa juga memberi, ada haleluya, saudara? Memberi puji-pujian. Kalau Saudara baca ayat 1 saja dua kali ada kata bersukaria dan bersukacita. Jarang saya lihat, waktu bedstone, jarang saya lihat waktu di sekolah Alkitab pun, murid-murid berdoa, hanya satu-dua, dalam beberapa angkatan ini, hanya satu-dua, berdoa dengan senyum,  seperti tertawa. Jarang. Semuanya mengeluh, semuanya mengerutkan kening, semuanya menangis, memohon. Kita mau lihat dari ayat per ayat, apa artinya doa Hana ini. Jangan hanya berdoa lagi butuh, jangan hanya berdoa lagi susah, sakit hati, gusar, kepahitan, kemarahan, dendam, ada orang salah paham, ada madu menyakiti, lalu kita datang sama Tuhan, ngadu sama Tuhan, karena kita butuh, jangan! 

Ternyata Hana bukan hanya ingat Tuhan lagi susah saja tapi ketika dia sudah dibuka kandungannya, dia sudah dapat Samuel, dia dapat berkat, dia dapat jawaban, dia tidak lupa sama Tuhan. Dia berdoa lagi. Jadi jangan hanya berdoa waktu susah, waktu senang juga kita harus berdoa. Berterima-kasih pada Tuhan. Hatiku bersukaria karena Tuhan, bukan karena punya anak. Hatiku bersukaria karena Tuhan, bukan karena toko diberkati, bukan karena panjang umur, bukan karena ulang tahun, bukan karena saya punya mobil, bukan karena saya punya toko, bukan karena saya punya pabrik. Tidak! Hatiku bersukaria karena Tuhan, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh Tuhan; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita, baru dia berkata, karena pertolongan Tuhan. Yang pertama dia bersukacita karena Tuhan, yang kedua baru dia bersukaria karena pertolongan Tuhan. Saudara-saudara, saudara bersukacita karena Tuhan, doa kepada Tuhan langsung secara pribadi. Tapi kalau saudara bersukaria karena pertolongannya, saudara datang ke gereja dan bersaksi, menyaksikan kebaikan Tuhan. 

Ayat kedua: Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita. Dari ayat ke dua itu saja saudara sudah tahu darimana lagu yang tadi yang pernah saya ajarkan, Kau rubah air mata menjadi permata ... Tak pernah kupunya teman setia seperti Tuhan ... Kau rangkai airmata jadi permata. Tidak ada gunung batu seperti Allah kita, tidak ada perlindungan, gunung batu itu perlindungan, tidak ada yang lain kecuali Engkau, tidak ada yang kudus seperti Tuhan, tidak ada yang lain hanya Yesus. Tidak ada yang lain. 

Tambah umur setahun-setahun, saya mulai tambah mikir, beberapa teman saya di SMP sudah meninggal. SMP lho. Teman saya di SMP sudah meninggal. Ada tiga teman saya, seingat saya, meninggal. Olahragawan, dia guru, guru olahraga, guru di sekolah menengah olahraga. Kita duduk satu tempat duduk di Mardi Yuana, kelas dua, kelas tiga kita satu tempat duduk. Dia niron sama saya terus, karena dia kurang pengetahuan, apalagi sudah bahasa Inggris dia niron sama saya. Yah sudah, namanya teman, kita lempar-lemparan kertas. Tapi kalau olahraga dia jagoan, maka dia jadi guru olahraga. Kalau olahraga, masuk akal engga dia mati? Tiap hari dia ngajar olahraga, dia sehat. Meninggal, umur 50 tahun.

Teman saya satu lagi belum menikah, dua, meninggal. Laki-laki. Ini SMP. Satu perempuan SMP, meninggal. Di SMA, teman-teman main basket, Anas, orang Warung Kondang. Mukanya itu sampai sekarang kelihatan terus. Karena dia yang punya Vespa. "Yohanes, hayu dianteur", saya naik vespa, dibonceng. Orangnya kecil. Masa dia pulang ke Warung Kondang, naik Vespa, ada lobang, Vespa masuk ke lobang. Beg! Jatuh. Masa Vespa jatuh ke lobang, mati?! Kalau baret, jatuh dari Vespa baret. Masa jatuh dari Vespa, engga ada kena batu, kena sawah, mati. Kita seluruh SMA nganter ke kuburan. Saya mulai mikir, mikir, mikir, bener, engga ada yang seperti Tuhan. Engga ada, teman-teman semua jatuh bangun, naik turun, yang kaya jadi miskin, yang miskin jadi kaya, tetap saja Yesus mah tidak berubah. Tadi di televisi saya khotbah apa, saudara? Di TVRI, tadi saya khotbah apa? Saya khotbah engga? Apa ada  pendeta lain?  Saya tanya, saya engga nonton. Tidak? Nanti, kalau bagian saya khotbah selalu saya tutup dengan Yesus tidak berubah. Tuhan Yesus tidak berubah, kita cuma dapat 12 kali lagi sampai akhir tahun ini, jadi saudara nonton. Minggu ke 2, ke 3, ke 4 atau ke 5. 

Kembali pada ayat yang ketiga: Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena Tuhan itu Allah yang maha tahu, dan oleh dia perbuatan-perbuatan diuji. Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. 

Maka tadi saya katakan, sekarang zaman terbalik, orang Cianjur yang dulu saya tahu kaya, sekarang miskin. Orang Cianjur yang saya tahu dulu itu susah sekarang kaya. Sekarang zaman dibalik-balik. Orang yang dulu kaya luar biasa, punya pabrik ini, punya pabrik itu, sekarang susahnya luar biasa. Orang yang dahulu susah, bibilintik kerja, kuli, sekarang punya rumah, sekarang punya mobil, sekarang punya pabrik. Tuhan balik ! Dulu suka pinjam duit, sekarang meminjamkan uang. Dulu meminjamkan uang sekarang pinjam uang. Tuhan lagi putar sekarang.

Busur para pahlawan telah patah, saudara punya panah, panah punya, sasaran ada, tapi busurnya patah. Sesuatu yang penting, yang saudara andalkan, itu bagi pahlawan itu busur. Panah ada semua komplit, tapi busur kalau sudah patah gimana? Engga ada gunanya. Sesuatu yang saudara harapkan di dunia, itu diwakili dengan busur panah. Busur itu patah, sampai patah. Tetapi katanya, orang-orang yang terhuyung-huyung pinggangnya berikatkan kekuatan. Nah, saudara-saudara, satu minggu ini mendadak kepala saya suka pusing, asal abis makan, baru makan, lima menit aja, pusing, nyut, nyut, nyut. Kalau saya duduk, duduk gitu yah, tiba-tiba muter, kalau dari tempat tidur baru bangun. Muter. Kadang-kadang saya tuh bukannya saya engga mau ngajar di Sekolah Alkitab, tapi bangun aja sudah pusing. Sudah pusing, yang orang lain mah engga tahu. Orang lain mah "Pak Awondatu musti ngajar". Sehat engga sehat, mati engga mati, ngajar! Pokoknya mah ngajar weh ngajar. Unggal isuk, komo senen mah. Senen mah hari yang seharusnya pak Awondatu ngajar. Karena dengan pak Awondatu ngajar di jam pertama, itu orang yang mislek-mislek dari Jakarta, yang tidak masuk ketahuan, yang masuknya terlambat ketahuan semua. Kan yang datang terlambat disunat, saudara. Disunat, di absennya ketahuan. Ketahuan nanti, itu konditenya engga baik.

Tapi kadang-kadang kalau saya sudah cape kaya sekarang, kaya hari minggu gini, capeknya luar biasa, nanti malam pengen tidur, pengen besok tuh yah, bye-bye love, pengen tenang sebentar. Engga bisa. Gebrak-gebrak ngajar. Engga ada guru, guru mah seharusnya datang, masih dijalan, gurunya masih di jalan, saudara. Macet dijalan. Pak Awondatu lagi. Sakit, sakit, sakit. Tadi pagi, satu jemaat saya nih sinshe, dia sudah ikut kebaktian 15 tahun, sinshe coba periksa, coba gembalanya nih periksa. Sehat atau gimana. Pusing, saya suka pusing, suka mau jatuh, itu dari apa? Dari pinggang! Pinggang? Pokoknya dari pinggang ke kepala. Ini mau jatuh-jatuh? Dari pinggang! Wah, sampai saya baca ini ayat, hebat. Jadi bagaimana? Pokoknya tusuk aja di pinggang, kalau ada lelaki yang kuat, pakai dua jari tusuk aja di pinggang. Hilang itu sakitnya. Saudara, kita mau ngomong apa, dia umurnya 78-79 tahun, sehat luar biasa? Nanti Selasa saya bikin ramuan buat Bapak. Aduh, berapa nih? Mahal? Wah ramuan saya mah banyak di pasar, daun-daun yang udah engga kepake, saya bikin. Pinggang bikin pusing kepala. Dari pinggang bisa ke jantung, dari pinggang bisa ke kuping, dari pinggang bisa ke mata, dari pinggang bisa sakit pinggang, saudara, dari pinggang bisa ke cangkeng. Dari pinggang segala macam.

Nah, sekarang baru saya tahu, tetapi orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Karena orang kalau pinggangnya sudah lemah, sudah segala penyakit, macam-macam penyakit ada. Tapi kalau pinggangnya dikuatkan, buah pinggangnya itu dikuatkan, maka, disebut keseleo tempel koyo, sakit perut tempel kejo. Karena kalau pinggang sudah kuat, sehat, saudara-saudara. 

Kita kembali lagi, saudara-saudara. Siapa yang kenyang dahulu, ayat lima, sekarang menyewakan diri karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anak, menjadi layu. Saya rasa, dia berdoa ini di dalam urapan sampai dia bernubuat. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan diri karena makanan. Coba tutup dulu dengan tali Alkitab, atau ganjal, kita buka dulu ke belakang, Perjanjian Baru, Yakobus 5, setelah Ibrani kita ketemu Yakobus. Yakobus pasal 5, saudara di sana ketemu satu ayat yang indah sekali. Yakobus          

5:1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
5:2 Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
5:3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
5:4 Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.
5:5 Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.
5:6 Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.
 

Saudara-saudara, ini orang kaya Kristen, keterlaluan. Ini Kristen, kaya, keterlaluan. Mula-mula gaji buruh dia tahan, untuk administrasi gaji dia tahan. Maka buruh itu menjerit sama Tuhan. Saudara lihat konglomerat-konglomerat. Saya terima pesan dari seorang konglomerat dari penjara Cipinang, minta Pak Awondatu bezuk dia. Waktu dia kaya engga pernah dia undang saya makan di restauran kek gitu. Untung tapi, kalau engga mungkin dicatat juga saya nih karena pernah mengunjungi dia. Tapi sekarang di penjara, kalau di penjara saya tidak ada persoalan, saya boleh datang, saya bisa datang, karena kita menolong, karena kita mendoakan. Dulu kita masuk rumahnya sepatu harus dibuka. Karena itu, saudaraku, dia punya lantai itu dari marmer yang licin sekali. Sampai lalat saja keseleo kalau mampir, saking licinnya. Tapi sekarang, saudaraku, zaman sudah berubah. Pak Harto yang disanjung-sanjung sekarang dibawah. Megawati yang ditekan-tekan sekarang presiden.  Sekarang zaman dibalik. Maka berbahagialah kalau kita menangis sebab kita akan tertawa. Ada haleluya? 

Wai, bagi kita, yang tertawa dahulu, sebab nanti kita akan menangis. Itu ditulis dalam Injil Lukas. Kembali kepada 1 Samuel, saudara-saudara, yang dahulu kenyang, ayat 5, sekarang menyewakan diri karena makanan. Tapi orang yang lapar dulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya menjadi layu. Ayat ke 6, Tuhan mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. Ini saya masih kepikiran saudari Rita. Masih kepikiran terus, saudari Rita ini kenapa mati? Kenapa? Masih ada 1001 macam pemikiran saya. Kenapa dia mati? Ini membaca ayat ini, Tuhan yang membuat mati hidup manusia kan Tuhan? Kemungkinan begini, ini pemikiran bodoh saya, mungkin Tuhan lihat dia menderita yah, dia satu-satunya perempuan dalam keluarga yang semuanya laki-laki. Mama sudah tidak ada, dia tidak ada lagi tempat untuk mengadu. Seorang wanita. Dia pernah tulis surat sama saya, delapan lembar, panjang, dia cerita dia punya kesusahan, dia punya kesulitan. Dan terakhir dia tulis surat satu halaman, melamar untuk bekerja di Yayasan Kabar Baik, tapi waktu itu angkatan sudah berjalan. Jadi saya pikir, apa dia karena Tuhan sayang, dia menderita daripada sakit terus, daripada dia susah, ah sudahlah ikut Saya. Bisa saja begitu. 

Tapi pokoknya ayat ini Tuhan mematikan, Tuhan menghidupkan. Saudara jangan anggap ini cuma untuk nyawa. Mungkin ada perusahaan saudara, toko saudara sudah mau bangkrut, ah sudah mau mati nih, usaha ini sudah mau matilah, saya sudah jualan ini mau mati, saya mending pindah ke kota besarlah kalau sudah begini mah, engga tahan. Maka saya bilang sama saudara-saudara, hati-hati, jangan cepat-cepat pindah, kalau engga dapat lampu hijau dari Tuhan. Mau pindah ke Jakarta, mau pindah ke kota besar, mau berniaga di sana, hati-hati! Kalau kita tidak dapat lampu hijau, green light dari Tuhan. Sebab Tuhan itu bisa menghidupkan juga!  Di Cianjur kita doakan, tiap doa malam kita doakan, berkati kota Cianjur, Tuhan, supaya kalau Cianjur diberkati, perekonomian diberkati, rakyatnya makmur tidak ada yang iri hati sama yang lain. Kita penduduk Cianjur ikut diberkati. Tuhan amankan kota Cianjur, Tuhan lindungi kota Cianjur, itu kalau semua Cianjur aman, kita penduduk Cianjur kebawa aman. Yeremia 29 ajarkan itu. Tuhan mematikan tapi Tuhan menghidupkan. Dia bisa menghidupkan juga. Nyawa. Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. 

Jadi begini, saudara, begini, saya ingin, kita semua ingin hidup kita itu berguna. Jadi dari hari ke hari itu kita seperti diabsen sama Tuhan, tiap hari kita diabsen. Hari ini kita berbuat apa tuh diabsen sama Tuhan. Melakukan hal yang berguna atau tidak berguna, itu semua diabsen sama Tuhan. Mari kita kumpulkan yang berguna itu setiap hari. Supaya nanti sampai pada diakhir hidup dimana Tuhan bilang,"Hai, sampai disini finish hidupmu. Hari Jumat tanggal begini, sudah finish  disini." "Aduh Tuhan tambah satu hari.""No, no, sudahlah, kamu sudah sampai disini." "Tuhan saya mau ketemu cucu dulu, opa sama oma, Tuhan. Saya mau ketemu ce-em, cihu, meihu, tukang tahu dulu." Engga bisa saja terus "Nggak bisa, kamu sampai disini, sampai disini saja." Nggak bisa, sudah. Tapi waktu kita disuruh pulang sama Tuhan, kita sudah punya celengan, kita sudah punya kebaikan-kebaikan, berbuat baik, menolong, tidak malas, buah-buahnya tuh ada, perbuatan kita tuh ada dihitung sama Tuhan.

Nah ayat ini, Dia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. Dua hamba Tuhan, teman saya, sekarang yang satu sudah meninggal, tapi yang satu masih hidup di Jawa Timur, mendoakan orang mati, hidup. Dua-duanya pendeta desa, satu orang Jawa, satu orang dari Tapanuli tapi ada di Jawa Tengah - sekarang sudah meninggal. Pindah ke Jakarta, dia meninggal. Kok bisa dia meninggal? Mendoakan orang mati kok bisa hidup? Lho, kalau dia berkuasa ke kuburan dong, betul engga? Ke kuburan, dalam nama Yesus bangkit, dalam nama Yesus bangkit. Ka Pasarean bangkit ayo bangkit. Saya juga kalau punya kuasa itu, saya bangkitkan papa saya dulu, mama saya dulu sama anak saya. Tapi kita engga punya kuasa itu, yang punya kuasa itu hanya Tuhan. Ada haleluya, saudara?

Kembali kita ke pokok pembicaraan, ayatnya ke 7, perhatikan: Tuhan membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga. Seorang yang lahir baru, yang menyangkal diri, yang rendah hati, dia akan bersukacita kalau lihat anak Tuhan yang lain, tetangga yang lain, saudara seiman yang lain, diberkati. Dia beli mobil, dia punya mobil, sabaraha weh. Dia punya rumah diberkati, dia tidak akan ngarasulah, dia tidak akan iri, dia akan bersukacita, dia akan senang, dia akan turut happy dengan kebahagiaan orang itu. Itu orang sudah lahir baru. Kalau orang belum lahir baru, begitu dia dengar : 'si ini jatuh dalam dosa'. Wah senang dia, dia jatuh dalam dosa. Uhui. Dia jatuh dalam dosa. Itu roh si Komeng yang ada di situ, bukan Roh Kudus, saudara-saudaraku. Senang ngelihat orang jatuh. Saya begitu ada yang bilang : "Pak Awondatu, tuh pendeta ini jatuh," aduh, masuk kamar sembahyang sebentarlah. Kita sering kali terlalu banyak kritik, yang jatuh engga pernah kita didoain. Aduh si itu kebakaran rumahnya, kenapa kok bisa begitu? Saya ada yang ngajak ke luar negeri, saya bilang, saya engga jadi dah ke luar negeri. Rasanya engga enak, lihat kok jemaat rumahnya kebakaran, saya ke luar negeri senang-senang, sudah deh batalin deh batalin.

Kenapa? Karena Tuhan yang bikin kaya. Jadi kalau saya lihat si A, si B diberkati Tuhan, itu Tuhan kok yang bikin kaya. Jangan saudara ngomong, itu mah korupsi nyaho teu? Ngepet, babi ngepet, kamari oge dina eta, dina pageur aya babi, keresek-keresek. Itu mah kebetulan aja ada babi lewat. Eta mah babi ngepet mantak beunghar oge. Cegik. Padahal dia mah rajin, dia mah kerja, dia mah rajin. Saudara lihat, saudara Icis, aduh sekarang kalau saya lihat dia sudah pakai gelang emas, saya senang. Emas diatas kulit yang hitam itu menyala-nyala, saudara-saudara. Luar biasa! Kenapa? Itu dari dia punya kerja berat. Mijit, luar biasa, mijit, mijit, luar biasa. Panggil sana, panggil sini, karena dia memang kuat, ia diberkati Tuhan. Mumpung sehat. Kumpulin uang itu, jangan foya-foya, beli emas, beli itu. Kita senang ngelihatnya. Sebetulnya di Family Camp, heg rek jualan mie, jualan nasi uduk, heg. Sebetulnya mah jualan disitu. Tapi kan sudah engga ada yang jualan, karena memang sudah diberkati Tuhan. Malah beli kita, es krim, hebat. 

Saudara, saya nih senang kalau saudara-saudara diberkati Tuhan. Saya tidak senang kalau saudara jatuh. Saya tidak bahagia dengar saudara mundur. Saya tidak bahagia dengar saudara turun. Saya tidak bahagia dengar saudara punya penghasilan turun. Saya berdoa supaya penghasilan saudara diberkati Tuhan. Karena Tuhan yang bikin saudara kaya. Jadi kalau Dia, Boss ini, Yesus ini, yang bikin kita kaya, jangan jauh-jauh dari Dia. Jangan kurang ajar dari Dia. Jangan kita malas. Boss yang bikin kaya lho! Itu yang kirim orang-orang belanja di toko kita ini, Yesus. Makanya, kita sama Yesus tuh, saudara-saudara, musti baik-baik. Kalau hari Minggu jangan piknik. Malaikat di surga tuh pegang buku, Yesus bilang, coba Mei Chen, Mei Chen. Mei Chen mana Jakarta, Cianjur? Mei Chen Hong kong. Mei Chen Hong Kong belum terima Yesus. Mei Chen Jakarta, Mei Chen Jakarta sudah jadi nyonya pendeta, coba Mei Chen Cianjur. Mei Chen Cianjur, yah ada di gereja. Bagus! Kirim berkat. Chung Cen, Chung Cen. Kwi Cen, Kwi Cen. Kwi Cen engga ada nih.

Dia minggu ada nggak? Nggak ada, Tuhan Yesus. Kemana dia minggu? Dia lagi ke pulau. Ke pulau lagi. Lagi apa dia di pulau? Lagi nyanyi. Nyanyi apa? Andai ah, ah, ah. Hei, Departeman Berkat, memang sudah mau dikasih berkat, cuma karena dengar lagunya tidak sesuai dengan Alkitab, Andai ah, ah, ah, engga ada itu di Alkitab. Engga ada. Cabut. Engga jadi. Hari Minggu seharusnya saudara kebaktian, karena minggu lalu saudara berdoa, Tuhan berkati saya. Tuhan bilang, heh itu doa anakKu datang, minggu depan kasih berkat. Baik Tuhan. Departeman Berkat, saudaraku, berkat malaikatnya sudah siapkan, paket, sudah siap, kirim minggu depan. Saudara, minggu ini umpamanya, piknik ke Puncak. Malaikat sudah bawa berkat, ke mana ini orangnya engga ada, Tuhan? Bawa lagi. Ia merendahkan, dan meninggikan juga. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mangangkat orang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. 

Kita perhatikan orang yang kena lumpur! Mengangkat orang yang miskin. Yesus mengangkat diriku dari lumpur dosa. Ada orang yang kena lumpur dari atas kepala sampai bawah. Itu kena lumpur. Hanya matanya yang kelihatan. Ada yg kena lumpur kecipratan cuma pipinya, cuma kakinya sampai di lutut, cuma bajunya, cuma  lehernya, cuma tangannya. Ada yg tidak kena lumpur tapi kecipratan lumpur di lubang hidungnya. Ada banyak yang kena lumpur, belum bersih. Tetap itu lumpur. Biar saudara guyang dina lumpur seperti kerbau, atau saudara kecipratan sedikit lumpur, tetap itu lumpur. Dan Tuhan mau mengangkat saudara. Ia mengangkat orang yang miskin dari lumpur, saudara senang diangkat dari lumpur?

Lumpur ini bisa bicara dari lumpur kekotoran, lumpur kesusahan, lumpur mamon, diangkat di tempat yang baik, sebab untuk mendudukan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab Tuhan mempunyai alas bumi; dan diatasnya Ia menaruh daratan. Saya, Yohanes Awondatu lahir 28 Agustus 1948, 12.30 siang, di rumah sakit Cianjur, oleh dokter orang Belanda, sekolah hanya sampai SMA, SMA pun hampir-hampir ijasah tidak diberi karena saya tidak mau demonstrasi anti Soekarno dulu. Saya tidak sekolah tinggi, tapi saya membaptis kolonel sudah, saya makan sama Presiden sudah dua kali, tiga kali, dipanggil Presiden sekali, manggil Presiden dua kali. Duduk sama orang-orang terhormat, sudah. Gus Dur sebelum jadi Presiden, saya subuh-subuh sudah ada di rumah Gus Dur. Tri Sutrisno diterima di ruang tamu, Pangab di ruang tamu, Megawati di ruang tamu, Hamengkubuwono X atau XI, X di ruang tamu, Awondatu di ruang tidur. Gus Dur celentang saja pakai celana pendek.

"Ah, Pak Yoyo gimana Pak Yoyo?" "Yah, baik." Ngobrol kita. Lapar. Lapar saya pagi-pagi, sama Oom Rompas masuk sini. Dia ngomong terus, saya baru tahu Gus Dur tuh suka ngomong. Saya makanin kue pelan-pelan, sudah sekitar satu jam, Gus Dur ngomong,"Silakan kuenya dimakan" " Sudah dari tadi, Pak." Sudah dari tadi, karena dia kan engga lihat, makan saja, sudah dari tadi. Saudara-saudara, sekolah mah cuma sampai SMA, tapi saya sudah keliling dunia, saya sudah berkotbah dalam bahasa Inggris, bermacam-macam dinegara mana saja, saya sudah ketemu sama Cho Yonggi, saya sudah peluk dia, Cho Yonggi. Saya juga bingung, begini ceritanya, di Singapur, saya pembicara setelah Cho Yonggi terus Cho Yoyo. Setelah Cho Yonggi, yang  waktu itu jemaatnya  350 ribu, terus Cho Yoyo yang 350 orang jemaatnya. Revi masih kecil, ikut juga semua, Helga.

Ada dua pendeta dari Jakarta, GPdI, dia bangga lihat pendeta GPdI satu kok bisa duduk dengan Cho Yonggi? Dua hamba Tuhan ini,"Yo, rangkul Cho Yonggi, rangkul, kita mau foto" "Ok." Mereka kan engga tahu tuh bahasa Manado "Ok! Brother Cho!" Wah dia bangga, semua begini, peluk, peluk. Lama. Cret, sudah. Saudara pendeta Hendrawan, "Yo, sekali lagi, Yo, saya belum foto, tadi ganti film." "Ok. Brother Cho," sekali lagi. Dia juga bingung, kenapa nih orang dua kali meluk dia? Peluk saja, foto lagi. Cret. Saya bilang, itu foto saya mau taruh di majalah Kerajaan Allah didepan, Cho Yoyo dengan Cho Yonggi, berpelukan di Singapur. Bangga saya. Tuhan kehendaknya lain, itu dua hamba Tuhan tuh motretnya engga tahu gimana, engga jadi dua-duanya, saudara. Haduh-haduh.

Tetapi ayat ini saya aminkan, bahwa Dia mendudukkan saya di tempat yang baik bersama para bangsawan. Saya diundang di Amerika, diundang saya, Morris Cerullo, dibelikan tiket pesawat first class, kelas satu, sampai di sana disuruh duduk paling depan, paling depan. Sudah duduk didepan nggak tahu ada panitia barangkali dia lihat ini orang pesek bener hidungnya, dia bilang, ini bukan tempat kamu, tempat kamu disana. Oke kita angkat duduk dibelakang. Dipanggil Mr Awondatu, Mr Awondatu from Indonesia, you duduk di depan. Oke, saya duduk didepan. Sudah didepan, ini datang lagi orang santoloyo satu ini, ini bukan tempat kamu, tempat kamu dibelakang. Saya datang lagi ke belakang. Akhirnya  Mr Awondatu, you duduk didepan.  Jadi kesel saya.  You dua kali suruh saya disini  tapi orang itu dua kali suruh saya di belakang. Jadi saya bukan di sini bukan di sana saya pulang saja ke hotel.

Oleh Pdt. J E Awondatu
Categories:

0 ComMENT Please:

Posting Komentar

Leave Your Comments

Please "LIKE"this PAGE

Opini_saya dan Page Berbagi Renungan Harian

Blogroll