Senin, 24 Oktober 2011

Haleluyah. Kita akan mendengar Firman Tuhan yang pendek saja. Yesaya 

30:15 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."

Ini adalah perjanjian dari perlindungan atau the promise of protection. Janji dari perlindungan Tuhan. Dalam bahasa Inggris tidak dikatakan 'bertobat' tapi 'in returning and rest', dengan  kembali ketempat asal lalu kita tinggal diam, beristirahat.

Kita akan lihat dua hal. Yang pertama adalah 'dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan'. Kita  mau pakai bukan bertobat tetapi in returning - dalam kembali. Memang bahasa Alkitab kembali ketempat asal ketempat semula itu adalah bertobat. PB mengenal istilah kembali kepada kasih yang mula-mula. Suami istri itu biar sudah punyak anak sudah mahasiswa musti kembali berdua sekali-kali  ketempat  mereka asal bertemu untuk mengembalikan kehangatan kasih di dalam RT mereka itu. Tetapi Tuhan meminta  supaya kita kembali ketempat itu - dari jalan kita yang sudah jauh coba kita kembali mudik - bahasanya Yakub - mudik ke Bethel dimana Yakub pertama tidur diatas batu, dia lihat ada tangga dimana malaikat naik turun diatas tangga itu dari langit ke atas batu itu sampai ia terbangun  lalu ia ambil minyak, ia  urapi dan ia kasih nama tempat itu Bait El - Rumah Allah. Nah, ketika ia sudah jalan jauh mengarungi kehidupan, Tuhan bilang  kembali lagi kamu ke Bait El, dimana Aku ketemu samu kamu. Maka Yakub kembali ke Bait El. Nah itulah 'in returning.'  Ingat anak terhilang! Waktu si bungsu anak terhilang ini sudah jauh dari Bapa, ia akhirnya kembali kepada Bapa. Ini returning. Itulah bahasa pertobatan -  kembali ketempat semula dimana adanya itu. 

Sebetulnya kemah keluarga atau family camp itu adalah  ungkapan lain dari retreat.  Retreat itu kita tinggalkan  - RT, bisnis dagang, semua pikiran itu - dan kita datang  di retreat. Re itu  kembali,  treat  itu treatment,  dikasih treat  lagi, diperlakukan dengan Firman. Biasanya seminggu cuma satu kali  hari minggu saja dengar FA,  sekarang baru malam saja sudah dua kali. Belum besoknya. 

Jadi saudara-saudara ada berkat sekali kalau kita kembali dan tinggal diam/rest/istirahat.  

Betapa pentingnya kita rest. Tenang, kembali, rest. Siapa diantara saudara yang jalannya sudah terlalu jauh dari Tuhan, ke gereja masih ke gereja tapi sudah terlalu jauh dari Tuhan, sudah nggak seiring sama Tuhan, sudah nggak dalam sorot lampunya Tuhan lagi. Ayo kembali returning.  

Betapa pentingnya kita kembali, mudik, dimana kita berjumpa dengan  Tuhan. Kita mudik kepada  cinta yang mula-mula.  Itu dikatakan dalam Wahyu
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. 

Jadi kembali  bertobat itu kembali berbuat perkara-perkara  yang pertama. Melakukan hal-hal yang mula-mula. Kembali kepada cinta mula-mula, waktu  kita berkobar-kobar kepada Tuhan.   

Waktu saya KKR di Menado, ribuan orang sedang memuji Tuhan dilapangan - waktu itu dilapangan KONI. Ribuan orang, KKR nya 5 hari, saudara. Orang bawa tikar duduk di lapangan, diperkirakan 24.000 orang ada. Pembicaranya cuma saya sendiri. Lalu ada teman saya sekolah, sdr Pdt John Pangalila, dia duduk disebelah saya. Saya mau   tanya sama kamu Yo, dan kamu jawab, apakah kamu berdoa sekarang sama Tuhan masih seperti dulu waktu di Beiji  kamu berdoa? Apakah kamu baca Firman Allah  (FA) sekarang masih seperti dulu di sekolah alkitab kamu baca FA? Apakah semangatmu sekarang melayani Tuhan masih  seperti yang dulu yang waktu di Beiji nggak? Coba lihat ini Tuhan kasih kepercayaan begini besar - dari panggung saudara, panggungnya saja 20 meter? Saya nggak jawab. Kalau di Beiji saya nggak bisa sembahyang.

Waktu di Beiji ada teman saya dari Bandung bilang: Yu Yo, kita berdoa jam 10. Kita berdoa di atas batu-batu. Baik,  kamu dulu saja, saya mau bawa selimut. Dia doa kira-kira baru 10 menit ia sudah balik. Kurang ajar, kurang ajar, saya rugi.  Kenapa, saya tanya. Dia kira ada yang jamah dia malaikat. Dia rasa dia merinding ada yang jamah dia. Jam 10 malam. Dia rasa ada yang medekati dia. Tapi suaranya aneh. Tenyata anjing oom Brodland nyebrang dari sebrang, mungkin dia lihat makluk apakah ini pakai kerudung diatas batu.  Jadi dijilat. Dia kira malaikat ternyata dijilat anjing. Jadi dia tidak jadi berdoa. Jadi kalau kita mau cerita doa yang seperti dulu saya tidak bisa jawab. 

Tapi itu omongan ceng li, masuk dihati saya!

Apakah saya masih berdoa, berpuasa, menyanyi, semangat  masih seperti dulu - waktu dulu kerja buat Tuhan pertama? 

Kalau tidak, ini saatnya kita musti returning, musti kembali kepada  cinta yang mula-mula. Apakah saudara-saudara, saya pakai bahasa sunda, kalau kita kebaktian kerasa ada 'keureuteug' (pen. getaran) enteu? Ada kontak nggak sama Tuhan waktu kita berbakti? Kalau nggak ada kontak jangan nyalahin Tuhan, kita yang nggak beres ! Jadi kalau kita colok lampu ini lampu tidak nyala salah satu kalau lampunya putus atau kabelnya putus.  Jangan nyalahin PLN karena lampu semua  orang  lain nyala. Periksa ini. Coba kalau ini hubungan sudah dibereskan bohlam putus sudah diganti colok lagi pasti nyala. 

Mari kita kembali returning dan rest. Rest  itu dikatakan bersandar. Bersandar sama Tuhan. Saya ungkapkan kata bersandar waktu di kemah keluarga betapa kalau kita duduk, saudara punya beban berat badan saudara, saudara taruh diatas sandaran kursi. Sandaran kursi  yang tahan. Saudara tidak usah  lagi memikul.  Kaki saudara tidak memikul beban saudara. Sudah kursi yang tahan. Itu bersandar! Mari kita bersandar pada Tuhan Yesus. Ada haleluya, Saudara? Dia adalah tempat kita bersandar. Kita rest, kita tenang, kita tenang. 

Bagian yang kedua, saudara-saudara, dikatakan disana, ayat yang ke 15, dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang, ayat yang ke 2, dan percaya terletak kekuatanmu. Be quiet, in quietnes - di dalam ketenangan, keteduhan, in quietnes and confidence, di dalam ketenangan dan confidence - keyakinan,  engkau akan dikuatkan. Seseorang bisa yakin  kalau dia tahu siapa. Soal sopir saja,  sopir, kalau saudara disopirin sama si A,  saudara engga bisa tidur, aduh, melotot terus. Awas-awas, kade-kade, awas di hareup, kade-kade, rem-rem, karena dia selebor. Tapi ada sopir yang bawa kita baru lima menit, kita udah tidur di mobil, karena kita yakin, dia bawanya enak, bawanya bener, pasti nyampe dah. Kita bisa tenang. Saudara, kita punya "Sopir",  kita punya "nakhoda"  adalah Tuhan Yesus sendiri. Saudara hanya tenang, sandar, di dalam Tuhan dengan tenang, dan Dia yang akan membawa saudara kepada tempat pelabuhan yang menjadi tujuan kita. Kita tidak usah cakah-cikih, tidak usah ribut, tidak usah berbuat apa-apa, nanti Dia yang bereskan. 

Saya tertarik pada apa yang akan saya ungkapkan, satu ilustrasi. Saya tertarik pada kaum muda yang menyanyi di Family Camp, itu lagu terakhir, disini ada kaum muda yang nyanyi, jalan rata, ratakanlah jalan berlobang, begitukan gerakannya, terus....timbunlah tanah yang berlubang .... enak lagunya. Tapi bahaya sekali, karena lagu itu tidak alkitabiah. Berikutnya saya kebaktian di Ciloto, eh kaum mudanya nyanyi itu juga. Ratakan jalan yang berlobang dengan tanah yang bergelombang, timbunlah tanah yang berlobang, agar siap dibangun. Nah itu tidak alkitabiah. Karena menurut Alkitab, dalam Injil Lukas, Yesus sudah meratakan jalan, ada haleluya? Dia sudah menutup lobang, Dia sudah tutup lobang, kita mah engga usah tutup lobang lagi. Ngapain ? Itu mah kerjaan Tuhan Yesus, ada haleluya, saudara ? 

Diluar Yesus, tanah bergelombang,  Tuhan sudah ratakan, ada yang berlobang Tuhan sudah tutup. Kita ngapain seperti Mr. Bean? Kita kerja lalu gerakannya aneh lagi, ratakan tanah bergelombang, tanah udah rata dia bikin gelombang, itu kaum muda Jakarta ketawa semua. Da musti bisa terima, memang he-eh salah. Sudah ditimbun sama Tuhan diatas bukit Golgota. Saya dan saudara hanya tinggal jalan. Kok engga ada yang bilang amin? Kok engga ada yang pro gembala? Kita tinggal jalan, Yesus sudah ratakan jalan. Aduh, dalam hati saya, kok cape-cape bener, ratakan jalan bergelombang, timbunlah lobang ... deuh ampun. Yesus sudah ratakan, geus itu mah udah selesai 2000 tahun yang lalu. Itu Injil Lukas baca, agar siap dibangun, Dia yang sudah bangun, Dia sudah bangun jemaat. Tapi kalau saudara mau tetap nyanyi lagi itu, silakan. Tapi ganti kata-katanya, jalannyapun sudah rata, tidak ada yang lubang-lubang, kata oom Yoyo. Itu saja rubah, kenapa jadi hese (susah)? Jadi engga usah kita maksa-maksa.

Banyak kali orang ciptakan lagu, dia ambil ayat, dia engga tahu konteksnya kemana, ngertinya apa, dia engga tahu. Main aja, memang lagunya enak, cocok untuk kaum muda. Tapi tidak alkitabiah, tidak sesuai. Maka kita yang sudah mengerti, kita harus hati-hati, jangan asal saja nyanyi, da ngeunaheun laguna. Biar saya miskin disini, itu lagu GPdI, saya bilang jangan dinyanyiin lagi. Siapa yang mau miskin terus disini? Asal saya kaya di surga, biar saya diolok disini, asal mulia. Penciptanya oom Hap Liang dari Temanggung keatas, satu kota di atas Temanggung, Parakan. Sampai mati dia tidak kawin. Jadi saya masuk kamarnya, Oom itu lagu rasanya engga cocok sama Alkitab. Yah gimana cu, itu lagu dari tahun 45? Yah biar dari tahun 45, tapi itu salah. Coba oom masuk rumah sakit, miskin, engga ada yang mau terima. Coba kita stop bajaj. Bajaj! Engga ada yang berhenti, dia lihat sendal jepit kita, satu merah satu biru. Siapa yang mau berhenti, saudara-saudaraku.

Jadi kita mau kasih tahu, bahwa di dalam Tuhan bukan hanya di surga kita diberkati, di duniapun kita diberkati. Ada haleluya, saudara? Tapi pikiran kita jangan sampai disana. Mari kita kembali lagi ke bagian pertama. Dengan bertobat, in returning, dengan kembali dan tinggal diam, rest, kamu akan diselamatkan. 

Sebagai anak Tuhan, saya sudah berumur 53 tahun, adalah pengalaman sedikit. Pengalaman saya begini, saudara. Kalau ada urusan apa saja, kita banyak omong, kita cape, luh-leuh, kumaha ieu kumaha itu, itu urusannya tambah lama selesai. Tapi kalau ada urusan lalu kita diam, tenang, diam tunggu Tuhan, tunggu Tuhan. Itu urusan cepat dibereskan sama Tuhan. Karena kalau kita diam, contohnya siapa? Maria. Marta itu cakah-cikih, luh-leuh. Kerja tapi luh-leuh. Apa kata Yesus? Hai Marta kamu kuatir dari hal banyak, Yesus tahu, tidak salah kerja, kerja buat Tuhan, tetapi karena persoalan itu dia mau atasi sendiri, luh-leuh tidak mau tenang, tidak mau diam, seperti Maria duduk dikaki Yesus, tenang, yang penting itu seperti saudaramu ini, Maria. Dia diam dengar Firman Tuhan. Jangan luh-leuh, jangan kesana kemari, urusan engga beres-beres. Itu pengalaman saya. Siapa tahu sama dengan saudara. Lari kesana kemari, aduh, nah ini didukung oleh satu ayat dalam Mazmur 27. Mazmur 27 ini ada 2 ayat yang terkenal, tetapi saya akan baca dulu yang pertama yang biasa saudara nyanyi. Mazmur 27:4 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: Diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya 4X. 

Ini keinginan seorang raja, aku ingin datang ke rumah Tuhan menikmati baitnya. Seperti Saudara sekarang sedang duduk di rumah Tuhan menikmati firman-Nya, menikmati bait Tuhan. Ada haleluya, saudara? Tapi dia tidak hanya sampai ayat 4, coba kita baca ayat 14 paling akhir, dia berkata begini: Nantikanlah Tuhan, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, ya nantikanlah Tuhan. Wait on the Lord, tunggu Tuhan, jangan keburu-buru, tunggu, nanti Tuhan, tunggu Dia. Jangan cepat-cepat, jangan ingin kesusu. Tunggu Dia, diam! Tenang! 

Keluaran 14:14 menjadi suatu ayat emas bagi banyak hamba Tuhan. Keluaran 14:14 bagian pertama saya baca, bagian kedua Saudara yang baca:

14:14 TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." 

Tuhan yang perang, ada haleluya, saudara? Kita diam. Saya lagi mikir, pake ilustrasi apa supaya saudara mengerti. Ayat tadi, Tuhan yang sudah meratakan tanah, meratakan jalan yang bergelombang, kita tinggal jalan. Kalau dalam pemain basket, NBA, Yesuslah kayanya pemain basket yang menang, kita ini pemain cadangan, hanya ikut seragam saja, satu klub sama Yesus, klubnya klub pemenang. Yang main kan lima orang, cadangan bisa lebih dari lima, bisa sepuluh orang cadangan, tunggu main. Tapi waktu sudah terakhir, point-point terakhir, tinggal 3 atau 10 detik, umpamanya cuma beda beberapa bola. Ada satu pemain dari klub kita masukan bola, menang, final, piala, menang. Bukan cuma lima orang itu yang teriak-teriak, pemain cadangan juga ikut teriak, penonton juga hore-hore. Padahal kita diam, kita engga main, tapi karena kita satu klub, kita juga ikut menang. Yesus sudah menang diatas bukit Golgota, kita tidak usah disalib. Kita diam saja, tapi kita sudah menang. Jadi, jadi kristen itu, jadi pengikut Kristus itu, kita hanya menerima hasil kemenangan Kristus. Ada Haleluya, saudara? Jangan kita ribut-ribut, jangan kita repot-repot. Tenang saja. Disitu letak rahasianya berkat Tuhan. Kembali kepada Yesaya tadi, kita akan lihat ayat yang berikutnya ayat 15 B yang berbunyi: Dan dalam tinggal tenang (in quiet), dan percaya (confidence) terletak kekuatanmu. 

Saya boleh balik, orang yang kuat, imannya kuat, pribadinya, dia kebanyakan tenang. Disini Firman Allah bilang, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. Orang yang kuat di dalam Tuhan, bukan kuat, hebat, kuat di dalam Tuhan, itu biasanya  tenang. Tenang! Engga cepat grogi. Saya tuh angkat topi sama Guntur Soekarno, saudara. Dia mah misterius sampai sekarang. Kalau ketemu senyum, engga pernah diwawancara wartawan. Waktu zaman orde baru, dia ngeborong bangun hotel di Bandung berapa tingkat, udah jadi dibakar sama orde baru karena dia anak Bung Karno. Dia ngga ngomong, dia ngga protes, dia diem, engga ada di koran. Engga pernah dia itu gimana. Waktu PDI Perjuangan menang, dia diem. Waktu adiknya sendiri jadi presiden, dia datang, kasih selamat, dia berfoto, sudah. Diwawancara, yah saya biasa-biasa aja dari dulu begini aja tidak memperkaya diri, begini-begini saja, sudah. Aman, saudara orang begitu. Tenang-tenang saja. 

Pulang dari Israel lewat Selat Bengal, 27 orang saya pimpin, saya duduk di kelas ekonomi paling belakang. Mentang-mentang orang Indonesia. Ekonomi yang didepan itu untuk orang Eropa, untuk orang mancung-mancung. Kita mah disamain sama orang India. Orang India dibelakang kita. Aduh ampun Orang India, saudara. Satu aja kita udah rada ... ini mah udah satu grup, baunya martabak bukan, bau vetsin bukan, udah ketawa, belon bau rambut dikuncir-kuncir. Duduk kaki diatas kursi, ngomong, ha...ha..ha. Tahu-tahu di Selat Bengal, pesawat jatuh, anjlok, wuuup, tapi begitu jatuh kira-kira 100 meter, dia goyang, wup,wup,wup, kita semua pucat, saudara. Diatas 10.000 meter, 10 km, goncang begitu. Tapi turunlah kapten kapal, orang Belanda, dia turun: Everything it's ok, everything it's ok, no problem, sudah lewat, tadi sudah lewat, tenang, minum-minum, ambil minum  orange juice, minum-minum. Tidak ada apa-apa. Kita lihat begitu dia turun aja, dia udah kapten, stripnya banyak, kapten pesawat terbang, kita udah tenang, baru lihat aja kita udah tenang apalagi dia udah ngomong, tenang-tenang.

Sama seperti Yesus, lagi naik perahu bersama murid-murid Nya, bergelombang, angin ribut, eh Yesus mah acuh beibeh, Dia mah tidur aja. Murid-murid udah kebakaran jenggot, "Aduh gimana, Yesus bangun Yesus, bagaimana ini? Air terus masuk. apa Engkau tidak peduli kalau kami binasa?"Yesus bangun. " Ada apa sih, kamu? Ada apa sih?"   "Ini angin, gelombang!" " Aduh, hei angin dan ombak teduhlah engkau!" 

Tenang, yang batuk pun engga ada. Itu rambutnya murid-murid pada berdiri, idih kemana tuh tadi yang ribut, kemana? Siapa yah ini Orang? Sampai angin dan ombak nurut sama Dia? Saudara, demi nama Yesus saya bilang mungkin saudara lihat percobaan begitu ribut besar, percaya pada Tuhan Yesus, tenang saja. Kalau Dia bilang tenang, semua bisa jadi tenang. Jangan takut, saudara-saudara, kita punya Yesus. Pemimpin kita bukan Megawati. Yang bersaksi dari Bandung, dengan terangkatnya Megawati itu tanda dari Tuhan. Engga! Tanda dari Tuhan bukan Megawati, tanda dari Tuhan itu Firman Allah. Ada haleluya saudara-saudaraku? Biar Megawati atau Megamendung apakah Gus Dur, Gus Ju, terserah siapapun terserah! Tapi Bapak diatas segala Bapak, tiada teman yang seperti Yesus, tiada Bapa yang seperti Yesus, tiada Raja, engga ada pemimpin, engga ada Presiden, engga ada Kaisar yang seperti Yesus. Karena kalau Yesus jadi Raja nggak ada MPR, DPR bisa impeachment, engga ada dekrit bisa turun, engga ada. Dialah yang mempunyai kuasa langit dan bumi. Ada haleluya, saudara? Tenang saja, tenang. 

Ada orang Sunda dulu, ngomong sama saya,"tenang weh, Yo, tenang". Bari ngadeg-deg. Engga ada itu tenang bari ngadeg-deg, saudara. Memang nanti saya di sekolah Alkitab akan mulai melihat murid-murid. Tadi sudah melihat murid-murid itu. Ada yang sudah dipoles, ada yang baru mau dipoles. Saudara sudah bisa lihat, yang sudah dipoles, saudara kelihatan. Yang belum dipoles juga kelihatan. Biasanya yang belum dipoles kalau dapat bagian untuk pimpin puji-pujian, atau pimpin sangkur, gemeteran. Takut.  

Kita harus punya tenang di dalam Tuhan. Tenang, Saudara. Ada banyak persoalan yang lebih baik kita atasi dalam ketenangan, daripada kita hadapi dengan kita engga tenang, salah ambil keputusan. Tenang. Ketenangan hanya bisa datang melalui Firman Allah!  In quietness, dalam ketenangan, diam, dan confidence, yakin. Jadi semua yang kirim SMS sama saya, "Pak saya diberkati Tuhan dalam hal ini,  Firman Tuhannya yang begini, begini". Ada satu ibu di Jakarta, "Saya dijawab Tuhan waktu begini, begini". Yang dari Karawang, saudara sudah dengar sendiri kesaksiannya, malamnya masih ribut sama istrinya, tapi setelah dengar Firman Tuhan, suami minta ampun sama Tuhan. Jadi macam-macam Tuhan jamah. Hanya Firman Tuhan yang bisa kasih ketenangan. Nah malam hari ini saya tidak panjangkan Firman Allah, siapa diantara saudara yang merasa agak kurang tenang, tidak ada keteduhan. Tadi, saya tidak ada janjian sama pemimpin pujian, tidak. Tapi dia memimpin satu lagu Yesus adalah Tempat Aku Berteduh, aku tidak takut bahaya, karena tongkat dan gadaMu selalu menghibur aku. Yesus adalah tempat perlindunganku, Yesus adalah tempat aku berteduh. Kita tidak usah takut. Tenang dan teduh di dalam Yesus ada jaminan!

Oleh, Pdt. J E Awondatu
Categories:

0 ComMENT Please:

Posting Komentar

Leave Your Comments

Please "LIKE"this PAGE

Opini_saya dan Page Berbagi Renungan Harian

Blogroll