Haleluyah. Kita akan mendengar Firman
Tuhan yang pendek saja. Yesaya
30:15
Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel:
"Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal
tenang dan percaya terletak kekuatanmu."
Ini adalah perjanjian dari perlindungan
atau the promise of protection. Janji dari perlindungan Tuhan. Dalam bahasa Inggris
tidak dikatakan 'bertobat' tapi 'in returning and rest', dengan kembali
ketempat asal lalu kita tinggal diam, beristirahat.
Kita akan lihat dua hal. Yang pertama
adalah 'dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan'. Kita mau
pakai bukan bertobat tetapi in returning - dalam kembali. Memang bahasa Alkitab
kembali ketempat asal ketempat semula itu adalah bertobat. PB mengenal
istilah kembali kepada kasih yang mula-mula. Suami istri itu biar sudah punyak
anak sudah mahasiswa musti kembali berdua sekali-kali ketempat mereka
asal bertemu untuk mengembalikan kehangatan kasih di dalam RT mereka itu. Tetapi Tuhan
meminta supaya kita kembali ketempat itu - dari jalan kita yang sudah jauh coba kita kembali
mudik - bahasanya Yakub - mudik ke Bethel dimana Yakub pertama tidur diatas
batu, dia lihat ada tangga dimana malaikat naik turun diatas tangga itu dari
langit ke atas batu itu sampai ia terbangun lalu ia ambil minyak, ia
urapi dan ia kasih nama tempat itu Bait El - Rumah Allah. Nah, ketika ia sudah
jalan jauh mengarungi kehidupan, Tuhan bilang kembali lagi kamu ke Bait
El, dimana Aku ketemu samu kamu. Maka Yakub kembali ke Bait El. Nah itulah 'in
returning.' Ingat anak terhilang! Waktu si bungsu anak terhilang ini sudah
jauh dari Bapa, ia akhirnya kembali kepada Bapa. Ini returning. Itulah bahasa
pertobatan - kembali ketempat semula dimana adanya itu.
Sebetulnya kemah keluarga atau family
camp itu adalah ungkapan lain dari retreat. Retreat itu kita
tinggalkan - RT, bisnis dagang, semua pikiran itu - dan kita datang
di
retreat. Re itu kembali, treat itu treatment, dikasih treat lagi,
diperlakukan dengan Firman. Biasanya seminggu cuma satu kali hari minggu
saja dengar FA, sekarang baru malam saja sudah dua kali. Belum besoknya.
Jadi saudara-saudara ada berkat sekali
kalau kita kembali dan tinggal diam/rest/istirahat.
Betapa pentingnya kita rest. Tenang,
kembali, rest. Siapa diantara saudara yang jalannya sudah terlalu jauh dari
Tuhan, ke gereja masih ke gereja tapi sudah terlalu jauh dari Tuhan, sudah nggak
seiring sama Tuhan, sudah nggak dalam sorot lampunya Tuhan lagi. Ayo kembali
returning.
Betapa pentingnya kita kembali, mudik,
dimana kita berjumpa dengan Tuhan. Kita mudik kepada cinta yang
mula-mula. Itu dikatakan dalam Wahyu
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Jadi kembali bertobat itu kembali
berbuat perkara-perkara yang pertama. Melakukan hal-hal yang mula-mula.
Kembali kepada cinta mula-mula, waktu kita berkobar-kobar kepada
Tuhan.
Waktu saya KKR di Menado, ribuan orang
sedang memuji Tuhan dilapangan - waktu itu dilapangan KONI. Ribuan orang, KKR
nya 5 hari, saudara. Orang bawa tikar duduk di lapangan, diperkirakan 24.000
orang ada. Pembicaranya cuma saya sendiri. Lalu ada teman saya sekolah, sdr Pdt
John Pangalila, dia duduk disebelah saya. Saya mau tanya sama kamu
Yo, dan kamu jawab, apakah kamu berdoa sekarang sama Tuhan masih seperti dulu waktu
di Beiji kamu berdoa? Apakah kamu baca Firman Allah (FA) sekarang
masih seperti dulu di sekolah alkitab kamu baca FA? Apakah semangatmu sekarang
melayani Tuhan masih seperti yang dulu yang waktu di Beiji nggak? Coba
lihat ini Tuhan kasih kepercayaan begini besar - dari panggung saudara,
panggungnya saja 20 meter? Saya nggak jawab. Kalau di Beiji saya nggak bisa
sembahyang.
Waktu di Beiji ada teman saya dari Bandung bilang:
Yu Yo, kita berdoa jam
10. Kita berdoa di atas batu-batu. Baik, kamu dulu saja, saya mau bawa
selimut. Dia doa kira-kira baru 10 menit ia sudah balik. Kurang ajar, kurang
ajar, saya rugi. Kenapa, saya tanya. Dia kira ada yang jamah dia malaikat.
Dia rasa dia merinding ada yang jamah dia. Jam 10 malam. Dia rasa ada yang
medekati dia. Tapi suaranya aneh. Tenyata anjing oom Brodland nyebrang
dari sebrang, mungkin dia lihat makluk apakah ini pakai kerudung diatas
batu. Jadi dijilat. Dia kira malaikat ternyata dijilat anjing. Jadi dia
tidak jadi berdoa. Jadi kalau kita mau cerita doa yang seperti dulu saya tidak
bisa jawab.
Tapi itu omongan ceng li, masuk dihati
saya!
Apakah saya masih berdoa, berpuasa,
menyanyi, semangat masih seperti dulu - waktu dulu kerja buat Tuhan
pertama?
Kalau tidak, ini saatnya kita musti returning, musti kembali
kepada cinta yang mula-mula. Apakah saudara-saudara, saya pakai bahasa sunda, kalau kita
kebaktian kerasa ada 'keureuteug' (pen. getaran) enteu? Ada kontak nggak sama
Tuhan waktu kita berbakti? Kalau nggak ada kontak jangan nyalahin Tuhan, kita
yang nggak beres ! Jadi kalau kita colok lampu ini lampu tidak nyala salah satu
kalau lampunya putus atau kabelnya putus. Jangan nyalahin PLN karena lampu
semua orang lain nyala. Periksa ini. Coba kalau ini hubungan sudah
dibereskan bohlam putus sudah diganti colok lagi pasti nyala.
Mari kita kembali returning dan rest.
Rest itu dikatakan bersandar. Bersandar sama Tuhan. Saya ungkapkan kata
bersandar waktu di kemah keluarga betapa kalau kita duduk, saudara punya beban
berat badan saudara, saudara taruh diatas sandaran kursi. Sandaran kursi yang
tahan. Saudara tidak usah lagi memikul. Kaki saudara tidak memikul
beban saudara. Sudah kursi yang tahan. Itu bersandar! Mari kita bersandar
pada Tuhan Yesus. Ada haleluya, Saudara? Dia adalah tempat kita bersandar. Kita
rest, kita tenang, kita tenang.
Bagian yang kedua, saudara-saudara, dikatakan
disana, ayat yang ke 15, dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal
tenang, ayat yang ke 2, dan percaya terletak kekuatanmu. Be quiet, in quietnes -
di dalam ketenangan, keteduhan, in quietnes and confidence, di dalam ketenangan dan
confidence - keyakinan, engkau akan dikuatkan. Seseorang bisa yakin
kalau dia tahu siapa. Soal sopir saja, sopir, kalau saudara disopirin sama
si A, saudara engga bisa tidur, aduh, melotot terus. Awas-awas, kade-kade, awas
di hareup, kade-kade, rem-rem, karena dia selebor. Tapi ada sopir yang bawa kita
baru lima menit, kita udah tidur di mobil, karena kita yakin, dia bawanya enak,
bawanya bener, pasti nyampe dah. Kita bisa tenang. Saudara, kita punya
"Sopir", kita punya "nakhoda" adalah Tuhan Yesus
sendiri. Saudara hanya tenang, sandar, di dalam Tuhan dengan tenang, dan Dia yang
akan membawa saudara kepada tempat pelabuhan yang menjadi tujuan kita. Kita
tidak usah cakah-cikih, tidak usah ribut, tidak usah berbuat apa-apa, nanti Dia yang
bereskan.
Saya tertarik pada apa yang akan saya ungkapkan, satu ilustrasi. Saya
tertarik pada kaum muda yang menyanyi di Family Camp, itu lagu terakhir, disini
ada kaum muda yang nyanyi, jalan rata, ratakanlah jalan berlobang, begitukan gerakannya,
terus....timbunlah tanah yang berlubang .... enak lagunya. Tapi bahaya sekali,
karena lagu itu tidak alkitabiah. Berikutnya saya kebaktian di Ciloto, eh kaum
mudanya nyanyi itu juga. Ratakan jalan yang berlobang dengan tanah yang
bergelombang, timbunlah tanah yang berlobang, agar siap dibangun. Nah itu tidak
alkitabiah. Karena menurut Alkitab, dalam Injil Lukas, Yesus sudah meratakan
jalan, ada haleluya? Dia sudah menutup lobang, Dia sudah tutup lobang, kita mah
engga usah tutup lobang lagi. Ngapain ? Itu mah kerjaan Tuhan Yesus, ada
haleluya, saudara ?
Diluar Yesus, tanah bergelombang, Tuhan sudah ratakan,
ada yang berlobang Tuhan sudah tutup. Kita ngapain seperti Mr. Bean? Kita kerja
lalu gerakannya aneh lagi, ratakan tanah bergelombang, tanah udah rata dia bikin
gelombang, itu kaum muda Jakarta ketawa semua. Da musti bisa terima, memang
he-eh salah. Sudah ditimbun sama Tuhan diatas bukit Golgota. Saya dan saudara
hanya tinggal jalan. Kok engga ada yang bilang amin? Kok engga ada yang pro
gembala? Kita tinggal jalan, Yesus sudah ratakan jalan. Aduh, dalam hati saya,
kok cape-cape bener, ratakan jalan bergelombang, timbunlah lobang ... deuh
ampun. Yesus sudah ratakan, geus itu mah udah selesai 2000 tahun yang lalu. Itu
Injil Lukas baca, agar siap dibangun, Dia yang sudah bangun, Dia sudah bangun
jemaat. Tapi kalau saudara mau tetap nyanyi lagi itu, silakan. Tapi ganti
kata-katanya, jalannyapun sudah rata, tidak ada yang lubang-lubang, kata oom
Yoyo. Itu saja rubah, kenapa jadi hese (susah)? Jadi engga usah kita
maksa-maksa.
Banyak kali orang ciptakan lagu, dia ambil ayat, dia engga tahu
konteksnya kemana, ngertinya apa, dia engga tahu. Main aja, memang lagunya enak,
cocok untuk kaum muda. Tapi tidak alkitabiah, tidak sesuai. Maka kita yang sudah
mengerti, kita harus hati-hati, jangan asal saja nyanyi, da ngeunaheun laguna.
Biar saya miskin disini, itu lagu GPdI, saya bilang jangan dinyanyiin lagi.
Siapa yang mau miskin terus disini? Asal saya kaya di surga, biar saya diolok
disini, asal mulia. Penciptanya oom Hap Liang dari Temanggung keatas, satu kota
di atas Temanggung, Parakan. Sampai mati dia tidak kawin. Jadi saya masuk
kamarnya, Oom itu lagu rasanya engga cocok sama Alkitab. Yah gimana cu, itu
lagu dari tahun 45? Yah biar dari tahun 45, tapi itu salah. Coba oom masuk rumah
sakit, miskin, engga ada yang mau terima. Coba kita stop bajaj. Bajaj! Engga ada
yang berhenti, dia lihat sendal jepit kita, satu merah satu biru. Siapa yang mau
berhenti, saudara-saudaraku.
Jadi kita mau kasih tahu, bahwa di dalam Tuhan
bukan hanya di surga kita diberkati, di duniapun kita diberkati. Ada haleluya,
saudara? Tapi pikiran kita jangan sampai disana. Mari kita kembali lagi ke
bagian pertama. Dengan bertobat, in returning, dengan kembali dan tinggal diam,
rest, kamu akan diselamatkan.
Sebagai anak Tuhan, saya sudah berumur 53 tahun, adalah
pengalaman sedikit. Pengalaman saya begini, saudara. Kalau ada urusan
apa saja, kita
banyak omong, kita cape, luh-leuh, kumaha ieu kumaha itu, itu urusannya
tambah
lama selesai. Tapi kalau ada urusan lalu kita diam, tenang, diam tunggu
Tuhan,
tunggu Tuhan. Itu urusan cepat dibereskan sama Tuhan. Karena kalau kita
diam,
contohnya siapa? Maria. Marta itu cakah-cikih, luh-leuh. Kerja tapi
luh-leuh. Apa kata Yesus? Hai
Marta kamu kuatir dari hal banyak, Yesus tahu, tidak salah kerja, kerja
buat
Tuhan, tetapi karena persoalan itu dia mau atasi sendiri, luh-leuh tidak
mau
tenang, tidak mau diam, seperti Maria duduk dikaki Yesus, tenang, yang
penting
itu seperti saudaramu ini, Maria. Dia diam dengar Firman Tuhan. Jangan
luh-leuh,
jangan kesana kemari, urusan engga beres-beres. Itu pengalaman saya.
Siapa tahu
sama dengan saudara. Lari kesana kemari, aduh, nah ini didukung oleh
satu ayat
dalam Mazmur 27. Mazmur 27 ini ada 2 ayat yang terkenal, tetapi saya
akan baca
dulu yang pertama yang biasa saudara nyanyi. Mazmur
27:4 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: Diam di
rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati
bait-Nya 4X.
Ini keinginan seorang raja, aku ingin datang ke rumah Tuhan menikmati baitnya. Seperti Saudara
sekarang sedang duduk di rumah Tuhan menikmati firman-Nya, menikmati bait
Tuhan. Ada haleluya, saudara? Tapi dia tidak hanya sampai ayat 4, coba kita baca
ayat 14 paling akhir, dia berkata begini: Nantikanlah Tuhan, kuatkanlah dan
teguhkanlah hatimu, ya nantikanlah Tuhan. Wait on the Lord, tunggu Tuhan, jangan
keburu-buru, tunggu, nanti Tuhan, tunggu Dia. Jangan cepat-cepat, jangan ingin
kesusu. Tunggu Dia, diam! Tenang!
Keluaran 14:14 menjadi suatu ayat emas
bagi banyak hamba Tuhan. Keluaran 14:14 bagian pertama saya baca, bagian kedua
Saudara yang baca:
14:14 TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."
Tuhan yang perang, ada haleluya,
saudara? Kita diam. Saya lagi mikir, pake ilustrasi apa supaya saudara mengerti.
Ayat tadi, Tuhan yang sudah meratakan tanah, meratakan jalan yang bergelombang,
kita tinggal jalan. Kalau dalam pemain basket, NBA, Yesuslah kayanya pemain basket yang
menang, kita ini pemain cadangan, hanya ikut seragam saja, satu klub sama
Yesus, klubnya klub pemenang. Yang main kan lima orang, cadangan bisa lebih dari
lima, bisa sepuluh orang cadangan, tunggu main. Tapi waktu sudah terakhir,
point-point terakhir, tinggal 3 atau 10 detik, umpamanya cuma beda beberapa
bola. Ada satu pemain dari klub kita masukan bola, menang, final, piala, menang.
Bukan cuma lima orang itu yang teriak-teriak, pemain cadangan juga ikut teriak,
penonton juga hore-hore. Padahal kita diam, kita engga main, tapi karena kita satu
klub, kita juga ikut menang. Yesus sudah menang diatas bukit Golgota, kita tidak
usah disalib. Kita diam saja, tapi kita sudah menang. Jadi, jadi kristen itu,
jadi pengikut Kristus itu, kita hanya menerima hasil kemenangan Kristus. Ada
Haleluya, saudara? Jangan kita ribut-ribut, jangan kita repot-repot. Tenang
saja. Disitu letak rahasianya berkat Tuhan. Kembali kepada Yesaya tadi, kita
akan lihat ayat yang berikutnya ayat 15 B yang berbunyi: Dan dalam tinggal
tenang (in quiet), dan percaya (confidence) terletak kekuatanmu.
Saya boleh
balik, orang yang kuat, imannya kuat, pribadinya, dia kebanyakan tenang. Disini
Firman Allah bilang, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. Orang
yang kuat di dalam Tuhan, bukan kuat, hebat, kuat di dalam Tuhan, itu
biasanya tenang. Tenang! Engga cepat grogi. Saya tuh angkat topi sama
Guntur Soekarno, saudara. Dia mah misterius sampai sekarang. Kalau ketemu
senyum, engga pernah diwawancara wartawan. Waktu zaman orde baru, dia ngeborong
bangun hotel di Bandung berapa tingkat, udah jadi dibakar sama orde baru karena
dia anak Bung Karno. Dia ngga ngomong, dia ngga protes, dia diem, engga ada di
koran. Engga pernah dia itu gimana. Waktu PDI Perjuangan menang, dia diem. Waktu
adiknya sendiri jadi presiden, dia datang, kasih selamat, dia berfoto, sudah.
Diwawancara, yah saya biasa-biasa aja dari dulu begini aja tidak memperkaya
diri, begini-begini saja, sudah. Aman, saudara orang begitu. Tenang-tenang saja.
Pulang dari Israel
lewat Selat Bengal, 27 orang saya pimpin, saya duduk di kelas ekonomi paling
belakang. Mentang-mentang orang Indonesia. Ekonomi yang didepan itu untuk orang
Eropa, untuk orang mancung-mancung. Kita mah disamain sama orang India. Orang
India dibelakang kita. Aduh ampun Orang India, saudara. Satu aja kita udah rada
... ini mah udah satu grup, baunya martabak bukan, bau vetsin bukan, udah ketawa,
belon bau rambut dikuncir-kuncir. Duduk kaki diatas kursi, ngomong, ha...ha..ha.
Tahu-tahu di Selat Bengal, pesawat jatuh, anjlok, wuuup, tapi begitu jatuh
kira-kira 100 meter, dia goyang, wup,wup,wup, kita semua pucat, saudara. Diatas
10.000 meter, 10 km, goncang begitu. Tapi turunlah kapten kapal, orang Belanda,
dia turun: Everything it's ok, everything it's ok, no problem, sudah lewat, tadi
sudah lewat, tenang, minum-minum, ambil minum orange juice, minum-minum. Tidak
ada apa-apa. Kita lihat begitu dia turun aja, dia udah kapten, stripnya banyak,
kapten pesawat terbang, kita udah tenang, baru lihat aja kita udah tenang
apalagi dia udah ngomong, tenang-tenang.
Sama
seperti Yesus, lagi naik perahu bersama murid-murid Nya, bergelombang, angin
ribut, eh
Yesus mah acuh beibeh, Dia mah tidur aja. Murid-murid udah kebakaran jenggot,
"Aduh gimana, Yesus bangun Yesus, bagaimana ini? Air terus masuk. apa
Engkau tidak peduli kalau kami binasa?"Yesus bangun.
" Ada apa sih, kamu? Ada apa
sih?" "Ini angin, gelombang!"
" Aduh, hei angin dan ombak teduhlah engkau!"
Tenang, yang batuk pun
engga ada. Itu rambutnya murid-murid pada berdiri, idih kemana tuh tadi yang
ribut, kemana? Siapa yah ini Orang? Sampai angin dan ombak nurut sama Dia?
Saudara, demi nama Yesus saya bilang mungkin saudara lihat percobaan begitu
ribut besar, percaya pada Tuhan Yesus, tenang saja. Kalau Dia bilang tenang,
semua bisa jadi tenang. Jangan takut, saudara-saudara, kita punya Yesus.
Pemimpin kita bukan Megawati. Yang bersaksi dari Bandung, dengan terangkatnya
Megawati itu tanda dari Tuhan. Engga! Tanda dari Tuhan bukan Megawati, tanda
dari Tuhan itu Firman Allah. Ada haleluya saudara-saudaraku? Biar Megawati atau
Megamendung apakah Gus Dur, Gus Ju, terserah siapapun terserah! Tapi Bapak
diatas segala Bapak, tiada teman yang seperti Yesus, tiada Bapa yang seperti
Yesus, tiada Raja, engga ada pemimpin, engga ada Presiden, engga ada Kaisar yang
seperti Yesus. Karena kalau Yesus jadi Raja nggak ada MPR, DPR bisa impeachment,
engga ada dekrit bisa turun, engga ada. Dialah yang mempunyai kuasa langit dan
bumi. Ada haleluya, saudara? Tenang saja, tenang.
Ada orang Sunda dulu, ngomong
sama saya,"tenang weh, Yo, tenang". Bari ngadeg-deg. Engga ada
itu tenang bari ngadeg-deg, saudara. Memang nanti saya di sekolah Alkitab akan
mulai melihat murid-murid. Tadi sudah melihat murid-murid itu. Ada yang sudah
dipoles, ada yang baru mau dipoles. Saudara sudah bisa lihat, yang sudah
dipoles, saudara kelihatan. Yang belum dipoles juga kelihatan. Biasanya yang
belum dipoles kalau dapat bagian untuk pimpin puji-pujian, atau pimpin sangkur,
gemeteran. Takut.
Kita
harus punya tenang di dalam Tuhan.
Tenang, Saudara. Ada banyak persoalan yang lebih baik kita atasi dalam
ketenangan, daripada kita hadapi dengan kita engga tenang, salah ambil
keputusan. Tenang. Ketenangan hanya bisa datang melalui Firman Allah!
In quietness, dalam ketenangan, diam, dan confidence, yakin. Jadi semua
yang kirim SMS sama saya,
"Pak saya diberkati Tuhan dalam hal ini, Firman Tuhannya yang begini,
begini". Ada satu ibu di Jakarta, "Saya dijawab Tuhan waktu begini,
begini". Yang dari Karawang, saudara sudah dengar sendiri kesaksiannya,
malamnya masih ribut sama istrinya, tapi setelah dengar Firman Tuhan,
suami
minta ampun sama Tuhan. Jadi macam-macam Tuhan jamah. Hanya Firman Tuhan
yang
bisa kasih
ketenangan. Nah malam hari ini saya tidak panjangkan Firman Allah, siapa
diantara saudara yang merasa agak kurang tenang, tidak ada keteduhan.
Tadi, saya
tidak ada janjian sama pemimpin pujian, tidak. Tapi dia memimpin satu
lagu Yesus
adalah Tempat Aku Berteduh, aku tidak takut bahaya, karena tongkat dan gadaMu
selalu menghibur aku. Yesus adalah tempat perlindunganku, Yesus adalah tempat
aku berteduh. Kita tidak usah takut. Tenang dan teduh di dalam Yesus ada
jaminan!
Oleh, Pdt. J E Awondatu
Oleh, Pdt. J E Awondatu
0 ComMENT Please:
Posting Komentar